SOLOK SELATAN, - Wakil Gubernur Sumatera Barat (Wagub Sumbar) Audy Joinaldy menyebut bahwa rata-rata dugaan anggota jaringan Negara Islam Indonesia (NII) yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri berasal dari luar provinsi itu.
"NII itu kan sejarahnya dari Jawa Barat. Kartosuwiryo kan tidak ada sejarah di sini (Sumbar), " kata Wagub Sumbar Audy Joinaldy. ketika ditanya terkait keberadaan NII di Sumbar saat kunjungan tim Safari Ramadhan di kabupaten Solok Selatan, Kamis (21/4/2022).
Audy Joinaldy mengatakan jika terduga anggota jaringan NII yang ditangkap Densus Antiteror Polri di Sumbar ada sebanyak 16 orang.
"Yang ditangkap itu sebenarnya kan hanya 16 orang dan mereka (yang ditangkap) itu ngomong. Tapi rata-rata itu bukan orang dari Sumbar, orang luar, " sebut Audy.
Sebelumnya, Anggota DPR RI asal Sumbar, Andre Rosiade tidak percaya dengan informasi adanya kelompok NII di Sumbar yang disebut berencana melengserkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum Pemilu 2024. Andre menegaskan warga Sumbar cinta NKRI.
"Kami warga Minangkabau cinta NKRI. Orang Minang pejuang kemerdekaan. Tidak mungkin menggulingkan pemerintahan yang sah, " kata Andre dalam keterangannya kepada wartawan.
Diketahui, Densus 88 Antiteror Polri menangkap 16 orang terduga teroris jaringan NII di wilayah Sumbar.
Polisi menduga NII Sumbar memiliki rencana untuk melengserkan pemerintah sebelum Pemilu 2024.
“Barang bukti yang ditemukan juga menunjukkan sejumlah rencana yang tengah dipersiapkan oleh jaringan NII Sumatra Barat yakni upaya melengserkan pemerintah yang berdaulat sebelum tahun Pemilu 2024, " kata Kabag Bantuan Operasi Densus 88 Kombes Aswin Siregar kepada wartawan, Senin (18/4/2022).
Aswin mengatakan pihaknya juga menemukan barang bukti lain berupa dokumen. Dia menduga NII Sumbar memiliki rencana mengganti ideologi Pancasila seperti NII Kartosuwiryo.
"Sejumlah barang bukti yang ditemukan dalam bentuk dokumen tertulis menunjukkan bahwa jaringan NII di Sumatra Barat memiliki visi-misi yang sama persis dengan NII Kartosuwiryo, yakni mengganti ideologi Pancasila dan sistem pemerintahan Indonesia saat ini dengan syariat Islam, sistem khilafah dan hukum Islam, " katanya.
Aswin menyebut NII Sumbar juga memiliki potensi ancaman dengan senjata tajam golok. Polisi pun menemukan barang bukti berupa golok panjang dari salah satu tersangka. (**)