Ini Sejumlah Tradisi Unik Masyarakat Minang di Momen Hari Raya Idulftri

    Ini Sejumlah Tradisi Unik Masyarakat Minang di Momen Hari Raya Idulftri

    SUMBAR, - Lebaran atau Hari Raya Idulfitri menjadi momen yang paling ditunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Umat Muslim Indonesia akan memenyambut lebaran dengan beragam tradisi.

    Begitu pula halnya masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat (Sumbar). Ada sejumlah tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Minang pada momen Hari Raya Idulfitri. Berikut di antaranya:

    1. Pulang Basamo

    ‘Pulang basamo’ artinya pulang bersama, yakni pulangnya para perantau Minangkabau ke kampung halaman secara bersama-sama. Kegiatan ini biasanya diselenggarakan oleh ikatan keluarga Minang di tanah rantau.

    Secara umum, pulang basamo hampir sama dengan tradisi mudik yang dilakukan masyarakat Indonesia pada umumnya. Bedanya, orang Minang melakukannya secara bersama-sama sesuai asal kampung halaman mereka.

    Para peserta pulang basamo biasanya menggunakan jalur darat dengan kendaraan pribadi atau menyewa bus. Tak jarang, rombongan pulang basamo di suatu daerah mencapai ribuan orang.

    Pulang basamo bisa menjadi siasat bagi mereka yang ingin pulang kampung dengan anggaran yang terbatas mengingat tingginya harga tiket pesawat selama periode mudik Lebaran. Bahkan orang Minang akan patungan ongkos jika ada anggota kekerabatan yang kesulitan untuk bisa pulang basamo.

    Setibanya di ranah Minang, masyarakat akan menyambut kedatangan para perantau dengan penuh sukacita. Masyarakat dan perantau biasanya akan menggelar acara mengumpulkan dana yang digunakan untuk membangun kampung halaman.

    ‘Marandang’ dalam bahasa Minang dapat diartikan sebagai kegiatan memasak rendang. Rendang adalah hidangan berbahan dasar daging sapi atau kerbauyag dihasilkan dari proses memasak suhu rendah dalam waktu lama dengan menggunakan aneka rempah-rempah dan santan.

    Randang menjadi menu utama yang disajikan turun temurun saat memasuki hari-hari besar Islam, termasuk Lebaran. Rendang menjadi hidangan istimewa menyambut tamu saat Lebaran.

    Proses memasak rendang dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam). Bahkan, jika memasak dengan tungku, memasak rendang bisa menghabiskan waktu seharian.

    Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering.

    Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging.

    3. Manjalang

    ‘Manjalang’ merupakan tradisi yang dilakukan para istri orang Minang sepekan menjelang hari raya tiba. Para istri ini akan datang ke rumah mertua dan keluarganya untuk bersilaturahmi dan saling maaf-bermaafan.

    Tak hanya itu, mereka akan membawa rantang yang berisi bermacam masakan khas Minang seperti gulai daging, rendang, ikan goreng, sambal, kue, dan berbagai macam kuliner tradisional lainnya.

    Tradisi yang telah ada sejak lama ini merupakan wadah untuk semakin mempererat silahturahmi antara istri dengan keluarga suami.

    Manjalang, bagi perempuan yang baru menikah menjadi suatu hal yang tidak boleh ditinggalkan. Bahkan, akan dinilai lebih baik jika turut mengunjungi saudara orang tua.

    Tak hanya itu, manjalang menjadi simbol keakraban antara keluarga laki-laki dan perempuan. Biasanya sang istri saat manjalang ditemani oleh kedua orang tua dan kerabat dekat lainnya.

    4. Malamang

    ‘Malamang’ dalam Bahasa Minang berarti membuat lamang. Lamang adalah penganan berbahan dasar beras ketan putih yang direndam dengan santan dan dimasak dalam sebuah ruas bambu.

    Tradisi malamang masih dapat dijumpai di sejumlah daerah di Minangkabau. Pada momen Lebaran, lamang yang dibuat akan dihidangkan kepada tamu (atau siapa saja) yang datang ke rumah.

    Memasak lamang bisa memakan waktu 5-6 jam. Untuk itu, biasanya lamang akan dimasak menggunakan bara api dan dalam jumlah banyak sekaligus.

    Bagi masyarakat Minangkabau, lamang biasa dimakan bersama dengan tapai ketan hitam, yaitu bubur ketan hitam yang dimasak dengan tape singkong. Namun, jika sedang musim durian, lamang juga nikmat disantap menjadi teman makan durian.

    5. Manambang

    Anak-anak di Minang tak ketinggalan menyemarakkan suasana Lebaran. ‘Manambang’ hanya ada pada Hari Raya Idulfitri.

    ‘Manambang’ adalah tradisi unik anak Minang setelah selesai shalat Idulfitri. Mereka akan bertamu ke rumah tetangga mereka secara berombongan untuk bersilaturrahmi. Tuan rumah biasanya akan memberi sejumlah uang atau biasa disebut salam tempel.

    Jumlah anak dalam rombongan tersebut bervariasi. Namun biasanya ada yang terdiri dari lima hingga delapan orang. Semua anak sebelumnya sudah janjian untuk pergi bersama berkeliling.

    Tradisi yang hanya berlangsung setiap setahun sekali itu melatih anak-anak bersosialisasi denga orang lain, khususnya tetangga-tetangga mereka. (**)

    Afrizal

    Afrizal

    Artikel Sebelumnya

    Jadi Khatib Idul Fitri di Masjid Raya Sumbar,...

    Artikel Berikutnya

    Macet Parah Jalan Padang- Painan, Sampai...

    Berita terkait

    Rekomendasi berita

    Kepengurusan KAN Lubuk Kilangan Dikukuhkan, Wako Hendri Septa: Mari Bersinergi Membangun Nagari
    Wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Hariansyah dan Rektor Universitas Islam Riau, Menandatangani Memorandum of Understanding
    Kerusakan Bahu Jalan Pertigaan Kompi Cubadak Mentawai Kota Pariaman Bahayakan Pengendara
    Terdakwa Kasus Korupsi Lahan Tol Padang – Pekanbaru Divonis Bebas
    Enam Anggota DPRD Padang dari 4 Fraksi Setujui Interpelasi Wali Kota

    Tags